Mengenal Ilmu Komunikasi di Jerman Part 2
Jika Amerika identik dengan perkembangan studi komunikasi massanya, Eropa berkembang dengan ilmu publisistiknya. Publisistik inilah yang akhirnya nanti akan berkembang menjadi disiplin Ilmu Komunikasi. Publisistik di Jerman berkembang dari Ilmu Pers atau Ilmu Persuratkabaran yang berasal dari studi ilmiah surat kabar pada abad ke-19. Kesadaran dan perhatian terhadap implikasi sosial surat kabar baru muncul setelah 273 tahun terbitnya Relation sebagai surat kabar pertama di dunia. Surat kabar ini diterbitkan pada tahun 1605 oleh Johan Carolus di Jerman dan menggunakan bahasa Latin. Pada tahun 1884, ahli ekonomi Karl Bucher tertarik menulis dan mengajarkan sejarah pers, organisasi pers dan statistik pers, dan pada tahun 1892, studi pers muncul di Universitas Laipzig Jerman. Kehadiran pengetahuan persuratkabaran ini semakin banyak menarik perhatian ilmuwan dan bahkan diusulkan untuk dimasukkan dalam proyek pengkajian sosiologi. Seiring berkembangnya zaman, disiplin Ilmu Publisistik ini menjadi bagian rumpun ilmu Komunikasi.
Ada beberapa faktor mempengaruhi perkembangan Ilmu Komunikasi itu sendiri, antara lain seperti industri media, politik, teknologi, dan budaya dan sosial. Di Jerman sendiri, bidang komunikasi mulai menjadi perhatian saat abad ke-20 dengan adanya penelitian dalam bidang psikologi sosial dan penelitian atas efek media massa. Pada tahun 1920-an, terdapat beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli psikologi Jerman yang membahas tentang interaksi antara individu dan media massa. Selama periode ini, terdapat juga kelompok-kelompok peneliti yang melihat media massa sebagai alat untuk mempengaruhi pendapat publik, terutama dalam konteks politik. Fenomena ini ditambah dengan perkembangan teknologi komunikasi seperti telegraf dan telepon yang sebelumnya sudah menjadi alat media komunikasi. Salah satu tokoh penting dalam sejarah ilmu komunikasi pada saat itu ialah Paul Felix Lazarsfeld, seorang sosiolog Austria yang melakukan penelitian tentang pengaruh media massa pada opini publik. Menurutnya, Media massa membuat pembacanya kecanduan, layaknya sebuah “narkotika sosial”, ia menjadi salah satu pemikir ternama studi sosiologi dan ilmu komunikasi modern. Di Jerman sendiri, muncul madzhab terkenal dunia Frankfurt School, beberapa pemikir utamanya adalah Theodor W. Adorno, Max Horkheimer, Herbert Marcuse dan Jürgen Habermas.
Sumber Foto: Alexa/Pixabay
Selanjutnya, pada tahun 1960-an, terjadi perkembangan penting dalam teori komunikasi dengan munculnya teori sistem komunikasi oleh Niklas Luhmann dan teori tindakan komunikatif oleh Jurgen Habermas. Habermas juga dikenal yang memainkan peran penting dalam mengembangkan teori kritis atas media. Banyak yang beranggapan bahwa Ilmu Komunikasi berkutat hanya sebatas komunikasi massa, namun seiring berkembangnya waktu, tahun 1970-an, fokus studi komunikasi di Jerman bergeser dari media massa, politik dan pers menjadi komunikasi antar pribadi dan interaksi sosial. Ini terlihat dalam pengembangan teori komunikasi interpersonal oleh Friedemann Schulz von Thun dan penelitian fenomenologis tentang kehidupan sehari-hari oleh Alfred Schutz dan Harold Garfinkel.
Studi ilmu komunikasi di Jerman kian kemari terus mengalami perkembangan dan mengalami pergeseran, seperti pada teknologi digital dan internet, serta konstruksi sosial identitas melalui media sosial. Saat ini, ilmu komunikasi di Jerman dikenal dengan studi interdisipliner yang melibatkan kontribusi dari ilmu sosial, humaniora, dan studi budaya. Pusat studi terkemuka di Jerman meliputi Universitas Heidelberg, Universitas Mainz, dan Universitas Konstanz.
Sumber: https://news.indomarkt.com/perkembangan-ilmu-publisistik-dan-komunikasi-di-jerman